Badan kesehatan global PBB atau Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), memperingatkan pemerintah di seluruh dunia agar tidak melakukan langkah ...
Badan kesehatan global PBB atau Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), memperingatkan pemerintah di seluruh dunia agar tidak melakukan langkah mundur dalam mencegah penyebaran pandemi Covid-19.
Saat ini, jumlah korban meninggal akibat virus korona baru atau Covid-19 telah mencapai 100 ribu orang di seluruh dunia.
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, Jumat 10 April, pihaknya melihat upaya pencegahan mulai mengalami pengenduran. Padahal ia menegaskan, pembatalan pembatasan atau lockdown justru akan menyebabkan penyebaran virus mematikan kembali meluas.
Tedros mengatakan, kedatangan melambat dalam jumlah kasus epidemi Covid-19 di beberapa negara Eropa seperti Italia, Jerman, Spanyol, dan Prancis tetapi justru di beberapa negara dan kawasan lain terjadi peningkatan. Kasus Covid-19 meningkat di 16 negara di kawasan Afrika, saat berbicara kepada wartawan di Jenewa, Swiss, Jumat 10 April.
Pernyataan Tedros disampaikan hanya selang beberapa jam setelah Universitas Johns Hopkins menyampaikan laporannya. Dalam laporannya, universitas yang sangat concern bidang kesehatan menyatakan bahwa jumlah kematian yang dikonfirmasi terkait dengan Covid-19 atau penyakit pernapasan yang disebabkan virus korona mencapai 100.376 orang.
Bahkan beberapa ahli kesehatan meyakini, jumlah korban meninggal sebenarnya jauh lebih dari yang dilaporkan atau terutama korban meninggal yang tidak dirawat di rumah sakit.
"Selain itu, data tak dilaporkan karena alat tes yang terbatas, aturan yang berbeda dalam mengkalkulasi orang meninggal akibat Covid-19, dan juga dugaaan sejumlah pejabat pemerintah menutupi angka kematian yang sebenarnya," cetusnya.
Lanjutnya, Tedros mengaku dirinya sangat prihatin dan khawatir dengan banyak tenaga medis sebagai garis terdepan dalam penanganan pasien Covid-19 meninggal dunia.
"Di beberapa negara ada laporan hingga 10% tenaga medis terinfeksi, ini kecenderungan yang mengkhawatirkan," kata Tedro.
Di sisi lain, satuan tugas pasokan PBB yang baru dibentuk akan melakukan koordinasi dan meningkatkan pengadaan dan distribusi alat pelindung diri, diagnostik laboratorium, dan oksigen untuk dikirim ke negara-negara yang paling membutuhkannya.
"Setiap bulan kita perlu mengirimkan setidaknya 100 juta masker dan sarung tangan medis, hingga 25 juta N95 respirator, pakain dan pelindung wajah, hingga 2,5 juta alat tes diagnostik dan sejumlah besar konsentrator oksigen dan peralatan lain untuk perawatan klinis," katanya.
Ketua WHO kembali memperingatkan, menurutnya tidak ada negara yang kebal dari pandemi.
"Dari pandemi ini kita harus mencoba belajar, apa kesenjangannya, ini adalah pesan bahkan untuk negara-negara maju. Di seluruh laporan, Anda telah melihat kurangnya kesiapan sistem kesehatan masyarakat," tutup Tedros.
Saat ini, jumlah korban meninggal akibat virus korona baru atau Covid-19 telah mencapai 100 ribu orang di seluruh dunia.
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, Jumat 10 April, pihaknya melihat upaya pencegahan mulai mengalami pengenduran. Padahal ia menegaskan, pembatalan pembatasan atau lockdown justru akan menyebabkan penyebaran virus mematikan kembali meluas.
Tedros mengatakan, kedatangan melambat dalam jumlah kasus epidemi Covid-19 di beberapa negara Eropa seperti Italia, Jerman, Spanyol, dan Prancis tetapi justru di beberapa negara dan kawasan lain terjadi peningkatan. Kasus Covid-19 meningkat di 16 negara di kawasan Afrika, saat berbicara kepada wartawan di Jenewa, Swiss, Jumat 10 April.
Pernyataan Tedros disampaikan hanya selang beberapa jam setelah Universitas Johns Hopkins menyampaikan laporannya. Dalam laporannya, universitas yang sangat concern bidang kesehatan menyatakan bahwa jumlah kematian yang dikonfirmasi terkait dengan Covid-19 atau penyakit pernapasan yang disebabkan virus korona mencapai 100.376 orang.
Bahkan beberapa ahli kesehatan meyakini, jumlah korban meninggal sebenarnya jauh lebih dari yang dilaporkan atau terutama korban meninggal yang tidak dirawat di rumah sakit.
"Selain itu, data tak dilaporkan karena alat tes yang terbatas, aturan yang berbeda dalam mengkalkulasi orang meninggal akibat Covid-19, dan juga dugaaan sejumlah pejabat pemerintah menutupi angka kematian yang sebenarnya," cetusnya.
Lanjutnya, Tedros mengaku dirinya sangat prihatin dan khawatir dengan banyak tenaga medis sebagai garis terdepan dalam penanganan pasien Covid-19 meninggal dunia.
"Di beberapa negara ada laporan hingga 10% tenaga medis terinfeksi, ini kecenderungan yang mengkhawatirkan," kata Tedro.
Di sisi lain, satuan tugas pasokan PBB yang baru dibentuk akan melakukan koordinasi dan meningkatkan pengadaan dan distribusi alat pelindung diri, diagnostik laboratorium, dan oksigen untuk dikirim ke negara-negara yang paling membutuhkannya.
"Setiap bulan kita perlu mengirimkan setidaknya 100 juta masker dan sarung tangan medis, hingga 25 juta N95 respirator, pakain dan pelindung wajah, hingga 2,5 juta alat tes diagnostik dan sejumlah besar konsentrator oksigen dan peralatan lain untuk perawatan klinis," katanya.
Ketua WHO kembali memperingatkan, menurutnya tidak ada negara yang kebal dari pandemi.
"Dari pandemi ini kita harus mencoba belajar, apa kesenjangannya, ini adalah pesan bahkan untuk negara-negara maju. Di seluruh laporan, Anda telah melihat kurangnya kesiapan sistem kesehatan masyarakat," tutup Tedros.